SENDIRI LAGI (Bag. 1)



“Ndut nanti siang aku ke tempat kamu ya.” kemudian sambungan telpon terputus.

Firman sangat senang sekali mendengar kabar dari pacarnya. Kurang lebih sudah sebulan Nia pacarnya mengikuti Kuliah Kerja Praktek, selama itu pula Firman belum bertemu dengannya. Gelisah, senang dan gembira campur aduk, dadanya bergemuruh menahan rindu.

Firman kelihatan sedang mondar-mandir di depan tempat kerjanya, sebuah rental komputer. “Ah…” tiba-tiba Firman teringat sesuatu. “Serpertinya aku harus membatalkan janji dengan Mila.” seketika dia merasa cemas.

“… tuut.. tuut… tuuuuuuttt… Telepon yang anda tuju tidak dapat dihubungi.” Ah sial kenapa tidak bisa dihubungi sih, sms juga ga dibales. Firman menggerutu sendiri.

Berkali-kali Firman mencoba menghubungi Mila dan akhirnya tersambung “Ada apa yank? gw masih jaga kantin nih.” 

Ah cuk, diangkat juga gumam Firman “Gini yank, Ntar ga usah dateng ya! Tadi gw di telpon guru-guru katanya minta diketikin RPP, minta buru-buru lagi, gw takut ntar lu bosen lagi nunggunya. Maaf ya yank besok aja ketemuannya.” Firman merasa lega setelah berhasil membatalkan janji. 

“Iya, iya gw ngerti, ya udah gw tutup ya? Sibuk nih banyak yang beli.” dan percakapan pun berakhir.

Sedikit bercerita, Firman dengan Mila baru pacaran sekitar dua minggu. Kejadiannya begitu tiba-tiba, kala itu Mila datang ke Rental untuk mencetak foto-fotonya, walau sudah lama sekali tidak pernah bertemu tapi Firman masih ingat betul dengan Mila. Ya, Firman pernah mempunyai rasa dengannya, dulu sekali ketika masih sekolah Diniyah, cinta monyet yang klise.

Keduanya asik membicarakan nostalgia, saling senyum dan cekikikan membahas masa lalu. Di akhir cerita, Firman mengutarakan perasaan terpemdam yang mungkin akan benar-benar dilupakan jika dia tidak bertemu lagi dengan Mila. “Mil, dulu banget gw pernah suka sama lu, waktu kita ngaji Diniyah dulu. Tapi, yah, mungkin waktu itu cuma cinta monyet. Trus waktu di SMA, kebetulan tempat nongkrong gw deket rumah lu, sampai sekarang gw masih inget ketika lu senyum pas pandangan kita bertemu. Ah manis betul senyuman lu itu.” Entah kenapa Firman bisa begitu lugas saat mengatakannya, mungkin alam bawah sadar yang menggerakkan.

Kembali ke saat ini, jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Biasanya nia akan datang sekitar pukul dua belas, mengingat sudah membatalkan janji dengan Mila Firman jadi sedikit lega. 

Beberapa orang datang meminta untuk diketikkan, Firman Mengetik dengan sangat cepat hingga tidak terasa dalam setengah jam dia sudah mengetik 27 lembar. Beberapa orang masih menunggu gililiran, Firman kelihatan tidak tenang, sekesali dia melirik jam pokok kanan bawah layak komputer. Sebenarnya dia mau menyuruh para konsumennya untuk menitipkan ketikan dan mengambilnya nanti sore, tapi mereka minta buru-buru diselesaikan. Firman meneruskan mengetik dengan muka kecut.

“Assalamu’alaikum…” Firman sangat tahu betul siapa pemilik suara ini, dia berdiri dan meninggalkan ketikannya. “Eh Mi, sudah datang. Tunggu sebentar ya. Mimi tunggu saja di belakang aku mau nyelesain ketikan dulu.” Sebenarnya Firman mau menggunakan kata Ndut untuk mengganti kata aku tapi dia terlalu malu karena masih ada orang lain di tempat itu.

Dua orang masih menunggu, “Pak, Bu, maaf ya ketikannya ditinggal saja nanti sore diambilnya.”

“Cie, pantesan dari tadi ibu lihat ngetiknya ngebut banget, ga kaya biasanya. Gara-gara yayang mau dateng toh.” Kata si ibu sambil tersenyum..

“Jadi gimana bu, ditinggal saja ya?” Kata Firman menegaskan. “Iya, iya. Ya udah nanti jam berapa ibu ambil?” Tanya si ibu sambil menyerahkan beberapa lembar naskah. “Jam setengah lima”. Jawab Firman mantap.

“Pak, punya bapak di tinggal juga ya?” Tanya Firman pada pelanggan lainnya. “Ah, padahal sudah satu jam nunggu. Coba bilang dari tadi, bapak kan tidak usah nunggu.”

“Iya pak maaf.”

“Haha dasar anak muda, ya sudah nih naskahnya, jam 4 bapak ambil ya? Oh iya awas jangan macem-macem sama yang di belakang.” Si bapak mencoba meledek, terlihat dia tidak bisa menahan tawa, mungkin dalam hatinya dia berkata Ah, indahnya masa muda. Kedua orang itu akhirnya pergi, Firman mengikutinya dari belakang dan langsung mengunci pintu rental tidak lupa dia membalik Gantungan di jendela “CLOSE”. Hihi, sebenarnya apa yang dia pikirkannya sampai tidak ingin ada orang yang mengganggu.

Firman menghapiri Nia yang sedang duduk di sofa halaman belakang, “Mi, maaf ya jadi nunggu.” Firman khawatir Nia kesal karena disuruh menunggu. “Iya ga papa Ndut.” Kata Nia sambil menyenderkan kepalanya di bahu Firman.

“Ndut, Ndut tau ga?”

“Apaan Mi?”

“Selama KKP Mimi kangen banget sama Ndut.” Nia pun mengeratkan dekapannya di lengan Firman. “Ah masa? Bukannya di sana banyak dokter yang ganteng-ganteng.” Firman mencoba bercanda. Nia adalah mahasiswa akademi keperawatan dan tempat KKPnya di sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal. “Iya sih Ndut, ada satu namanya pak Andi, dia baik trus perhatian lagi sama Mimi.” Firman langsung cemberut sedang Nia tersenyum karena berhasil menggoda Firman.

“Ndut Kangen ga? Awas lo kalo berani selingkuh waktu Mimi ga ada?” Nyut, nyali Firman ciut seketika. “Beberapa hari kemarin Mimi selalu kepikiran Ndut terus, ga tau kenapa selalu gelisah, Mimi takut Ndut kenapa-kenapa?” Wuaaanjriiiittt, bener ternyata kata orang-orang kalo intuisi cewek itu lebih kuat.

“Mi, Mimi tau ga kalo Ndut juga kangen, setiap malem ga bisa tidur gara mikirin Mimi.” Kata Firman sambil mencubit lembut hidung Nia. “Ih sakit tahu Ndut.” Kata Nia manja. “Ndut, Makan yu, laper nih.”

“Mau makan yang mana nih?” kata Firman sambil tersenyum. “Ih Ndut nakal.” Nia pun mencubit perut Firman dengan cukup keras. “Aduduh, sakit tau.”

Nia mengeluarkan makanan dari bag pack yang dibawanya. “Nih Ndut, tadi Umi yang buatin oh iya Umi juga pesen Ndut harus makan yang banyak biar ga kurus.” Yah memang ibunya Nia sangat baik terhadap Firman. Mereka pun makan bekal itu bersama sambil suap-suapan terlihat sangat mesra sekali. Selesai makan Firman pergi ke warung untuk membeli minum sedangkan Nia membereskan sisa makanan.

“Ndut lama bener sih beli minumnya, lagian dispenser kosong ga diisi. Jadi cegukan nih.”

“Iya maaf Mi, yang nganter galonnya belum datang.” Setelah beberapa lama, cegukan Nia mulai hilang mereka akhirnya melanjutkan kembali acara melepas kangen. Seperti biasa Firman selalu ­kepo dan memeriksa tas Nia. “Mi, tumben ko pil KBnya ga di bawa?”

“Apaan sih Ndut, mulai lagi deh. Mau ditonjok?” kata Nia sambil mengepalkan tangannya, ya walau berperawakan kurus Nia termasuk cewek yang streng, pukulannya selalu terasa sakit ketika mengenai lengan. Tapi sekali pun jangan pernah berpikiran buruk tentang Nia, di waktu luang dia selalu membantu di klinik kakaknya. Memang isi tasnya selalu penuh dengan benda-benda yang emejing, pil KB, alat kontrasepsi untuk wanita, tespek, dan obat-obatan lainnya, itu karena dia sering membantu kakaknya melakukan penyuluhan ke ibu-ibu. Awalnya Firman juga menduga yang tidak-tidak terhadap Nia, tapi setelah melihat keseriusan Nia di klinik kakaknya dia pun Mahfum.

Tak terasa sudah pukul setengah tiga, Firman lupa harus menyelesaikan ketikannya, “Mi, udah setengah tiga Ndut lupa harus ngetik lagi. Sebenernya masih kangeeen, tapi mau gimana lagi.”

“Iya Ndut sayaaaang. Ya udah Mimi mau beres-beres dulu, Ndut sana gih terusin ketikannya.” Firman lalu bergegas ke depan dan mulai mengetik. Tak berapa lama Nia datang menghampiri Firman, dipeluknya Firman dari belakang. “Ndut. Besok bantuin ya, Mimi harus bikin laporan KKP.”

“Iya Mimi sayang, jam berapa besok mau datang?”

“Jam setengan delapan pagi Enduutt.” Kata Nia sambil mengecup pipi Firman dari belakang. “Ndut Mimi pulang dulu ya.” Firman kemudian bangkit dari tempat duduknya mengantar ke pintu depan. “Maaf ya Mi ga bisa nganter.”

“Lah Ndut gimana sih, Mimi kan bawa motor sendiri masa nanti Mimi harus ngaterin Ndut lagi sih. Lagian ga juga kali kalo nganterin pake dua motor, ga asik tau ga bisa meluk Ndut dari belakang, hehe.”

“Hati-hati di jalan Mi, jangan ngebut, jangan ngelirik cowok lain, jangan macem-macem pokonya.” Kata Firman sambil tersenyum. “Iya Endut.” Jawab Nia.

“ Eh iya Mi lupa, sini dulu.”

“Apaan Ndut.”

Firman mencium kening Nia. Wajah Nia merona merah dan sejurus kemudian tersungging senyum manis dari bibirnya, senyum yang meluluhkan hati Firman.

Bersambung…



ConversionConversion EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng