Seakan membawa
isyarat tentang sebuah rahasia dari tempat yang jauh
Sedangkan,
senandung yang entah dari mana datangnya ini
Membuatku sangat
terpukau akan lantunannya yang begitu indah
Ah, apakah
ini mimpi?
Ya ini
adalah mimpi mu jawab seekor anjing yang tiba-tiba langsung mengejarku
Sial! Ada apa
dengan anjing itu?
Merajuk
sepertinya tidak akan merubah keadaan, akhirnya aku lari sekuat tenaga
Di tengah
berlari aku terpikir ini kan mimpiku, kenapa aku tidak bangun saja?
Dengan
tersentak akhirnya mata ini terbuka, ah masih malam rupanya
Ku balik
bantal lalu ku buang ludah ke sebelah kiri kemudian mencoba kembali terlelap
Tapi kali
ini yang kurasakan lain, badan ini jadi begitu menggigil dan bola mata jadi
bergerak cepat
Ah sial
kenapa harus orang itu lagi, dihadapanku kini berdiri sesosok makluk tinggi
besar berwajah bengsi
Ada apa tuanku
apakah sudah sampai batas waktuku?
Belum, tapi
nikmatilah setiap detik demi detiknya. Kemudian si bengis itu pun hilang
Entah sudah
berapa kali aku merasa kepanasan dan kedinginan
Mungkin ini
adalah azab untukku di dunia ini
Jika mengetahui
seperti ini rasanya sebuah azab
Mungkin dulu
aku akan berbuat semauku lebih banyak lagi agar jadi terasa setimpal
Atau malah
lebih baik jadi seorang alim sekaligus jadi guru ngaji yang dibayar seikhlasnya
Ah tapi
pasti Dia tahu apa-apa yang telah aku perbuat dan apa yang pantas aku dapatkan
Di tengah
kesakitan yang teramat sangat seketika kuping ku berdenging keras
Pandangan tiba-tiba
menjadi gelap, dan perlahan-lahan mulai menjadi putih, putih yang tak berujung
Jika ada
yang bertanya dimanakah letaknya warna putih itu?
Pada saat
itu juga pasti dengan lantang aku berkata, ini adalah putih, ya putih yang
sebenar-benarnya
Karena dia
berdiri sendiri dan dan tidak melekat pada suatu apa pun
Mungkin ini
adalah jawaban dari pertanyaan yang pernah dilontarkan seorang ahli tasawuf
mengenai teka-teki warna
Tiba-tiba
dari keadaan yang serba putih ibarat dilukis muncul sebuah jembatan
Jembatan itu
makin panjang dan bertambah panjang, sampai aku tidak bisa melihat ujungnya
Aku tergelitik
untuk mencoba meniti jembatan panjang tersebut dan baru saja bebera langkah
Muncul tulisan
di lantai kayu tangga itu, “Dilarang lewat bagi yang tidak punya hak!”
Ah apalagi
ini maksudnya? Sudah jelas jembatan ini untuk ku, kenapa aku tidak boleh lewat?
Aku berusaha
tidak menghiraukan tulisan itu dan mulai melangkah
Setelah beberapa
lama dan rasanya sudah cukup jauh aku mencoba menengok kebelakang?
Astaga,
ternyata aku masih berada di dua langkah sebelumnya
Karena takut
aku mencoba berlari, kencang dan sekencang-kencangnya
Tapi ternyata
usahaku tetap sia-sia aku masih berada di posisi semula
Aku akhirnya
kelelahan dan jatuh terduduk, nafasku tersengal-sengal, keringat mengucur deras
dari seluruh pori-pori tubuh, dan bola mata rasanya mau meloncat keluar
Di tengah
ketidakberdayaan ku itu akhirnya muncul sesosok suara
“Hai kamu
makhluk yang hina? Apakah kamu tidak baca tulisan tersebut?”
“Aku membacanya.”
Jawabku.
“Tapi kenapa
kau bersikeras mau lewat.”
“Lah apa
salah ku? sebelumnya tidak ada yang bilang kalau aku tidak boleh lewat,
lagipula jembatan ini yang tiba-tiba muncul di depanku.”
“Betul sekali,
tapi apakah kamu tahu kesalahan mu?”
“Sepertinya aku
tidak salah apa-apa” bela ku.
“Itu lah
kesalahan mu, coba jawab pertanyaan ku lagi? Coba tunjuk dari tempat warna
putih ini, hanya putihnya saja?
Seketika aku
ingin menunjukkan bahwa semua yang ada di sini adalah putih, tetapi ketika
telunjuk ini ingin menunjuk tiba-tiba aku teringat ucapannya …tempat warna
putih… seketika aku terdiam dan tidak bisa membantah lagi.
“Sudah tahu
letak kesalahan mu anak muda?”
“Ya saya
sudah tahu, mohon maafkan hamba”
“Sekarang belum
saatnya kamu sampai ke ujung jembatan ini, dan kamu akan ku kirim ketempat mu
semula.”
Tiba-tiba
papan jembatan yang aku duduki patah dan aku terjatuh
Di tengah
perasaan melayang yang tidak jelas ini aku sempat berpikir
Apakah aku
akan dikirim ke neraka? Dan apakah aku akan langsung jatuh ke neraka jahannam?
Mungkin saja
jembatan tadi adalah jembatan shirotol
mustaqim
Ketika aku
mulai sibuk dengan rekaan-rekaan dikepala ku tiba-tiba tubuh ku terhempas
dengan keras
Dan ketika
tersadar ternyata aku masih berada di atas tempat tidur ku
Aku bersyukur
masih diberi kesempatan kembali ke kehidupanku
Dan sekarang
aku mulai sadar bahwa dunia ini adalah neraka yang sedang aku jalani
Tetapi neraka
yang sekarang ini tidak lebih dari sekedar ujian untuk menuju ke kehidupan yang
selanjutnya
Dan mulai
sekarang aku akan berusaha untuk tidak menyia-nyiakannya lagi
subhanallah walhamdulillah walaailaahaillah
wallahuakbar.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon