Sepasang mata mengintai dari
jauh, siap menerkam. Culas dengan senyum yang menyeringai. “Hey bukan aku tidak
tahu, silahkan saja serang, bawa semuanya!”
Sesosok makhluk menyeramkan putih
pucat sedikit bongkok dengan rambut kepala tipis dan mulut bertaring, mengintip
dari balik pohon pisang. Seorang nenek berambut kelabu dengan gigi-giginya yang
hitam dan lingkaran mata yang juga hitam, mengenakan kebaya putih kecoklatan
dan bawahan kain yang hanya dililitkan begitu saja sedang duduk di pohon
rambutan sambil tertawa lirih, aneh cuma terlihat pupil matanya saja yang hitam
berkilat.
“Ada apa maksud kalian
menampakkan diri disini.”
“Nek, ternyata mereka melihat
kita.” Kata makhluk putih pucat kepada nenek yang duduk di pohon rambutan.
“Ckikikiki….” Si nenek tertawa
dan langsung menyerang ku.
Ini bukan pertama kalinya aku
mendapat serangan seperti ini membuat ku tidak kaget lagi, “… robbukum, sedulur
papat limo pancer, pancer, pancer.” Untung saja aku masih sempat membaca
mantera, seketika si nenek terpental.
“Ari maneh teu hayang hancur, sok
balik ka nu nyuruh.” Kataku. (Kalau kamu tidak mau hancur, kembali ke yang nyuruh)
kira-kira begitulah artinya jika di Indonesiakan. *untuk memudahkan selanjutnya akan dicoba menggunakan bahasa indonesia
saja.
“Tidak mau, saya sudah disuruh
dan tidak mau pulang sebelum beres.” Kata si nenek.
Si nenek menyerang lagi, kali ini
makhluk bongkok ikut menyerang. Diserang dari kedua sisi aku mencoba bertahan. Kubacakan
ayat kursi dan kedua makhluk itu tidak bisa mendekat. “Sudah, pergi kalian.”
“Mbung, moal” kata keduanya
sambil menjerit.
Melihat keduanya tidak mau pergi terpaksa
ku usir dengan kasar “Wa qul ja'al‑haqqu wa zahaq‑al‑batilu, innal
batila kana zahuqa.” Kubacakan potongan ayat surat Al Isra berkali-kali. “Ampun,
panas…” jerit keduanya. Mereka mencoba bertahan dan aku terus membaca ayat
tersebut.
“Ammmpuuuunnnnnnn….” Jerit si
nenek dengan suara melengking, sedangkan makhluk bongkok menutup telinganya
sambil berguling-guling di tanah. Seketika hawa berubah menjadi dingin yang
menusuk, perlahan muncul asap kelabu mengelilingi tubuh keduanya dan tidak lama asap itu menghilang besamaan dengan dua sosok gaib tersebut.
Beberapa hari yang lalu aku sudah
meyakinkan diri untuk meninggalkan hal-hal berbau mistis dan memang dari awal
bukan aku yang sengaja mencarinya melainkan hal tersebut yang datang dengan
sendirinya.
Bersambung…
Catatan : udah kemaleman nulisnya
buat nyelesain jadi cerpen utuh, jadinya sementara dibuat jadi prolog aja dulu.
**Jing lah pokonya.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon