Gairah untuk menulis kembali hadir, bahkan lebih gencar dari pada sebelumnya. Ide-ide berloncatan menari kesana kemari siap untuk segera di tuangkan,
Lembayung biru muda menggelayut mesra
Membuaiku dalam kesepian tiada tara
Ku jenuh melihat pelangi
Berlabuh mesra di sudut cakrawala
Sekali lagi kata menampakkan wujudnya menelanjangi dirinya untuk segera ku cumbu mesra,
Aku bicara dalam gelap
Tapi engkau bungkam seribu bahasa
Aku diam dalam terang
engkau mulai menggodaku mesra
Mata dengan mata
Hati dengan hati
Tapi siapa sangka?
Mata bermain dengan hati
Malu
Aku
Main
Kata
Dengan
Rasa
Sang kata menggodaku. Kadang dia diam tapi seketika dia berteriak kemudian hening. Berbisik kemudian sepi. Berteriak, berbisik lalu hilang,
,
?
??
!!!
NAH
....
Sssttt ....
MATI
rasa
....
Kata mulai bercerita padaku tentang rasanya,
Mentari pagi
Menyengat mesra
Di kaki bukit
Di tepi kali
Duduk semedi
Menunggu waktu
berputar kembali
Ke angka satu
Girang tak terkira
Melihat mulut terbuka
Mengucap kata
seribu puja
Aku tahu
Engkau ragu
Pada janji
Yang terpatri
Sedih sekali
Melihat diri
Mati suri
Dalam benci
Aku raja
Dalam buku
Lihat saja
Dalam rindu
Silat lidah
Dengan Kata
Tapi Jangan
Dengan hati
Kadang kata mewujud dalam ironi,
Pagi sekali
Aku berseri
Menatap hari
Indah menanti
Siang datang
Menoreh kisah
sejuta kenang
Menabur resah
Senja terbenam
Aku sekarat
Menahan sakit mengiris hati
Seraut wajah suram
Menusuk belati berkarat
Tepat di relung hati
Dini hari
Aku mati
Tepat di pelukmu
malam yang beku
Kata pula yang membuaiku dalam elegi,
Aku bertanya tentang hakikat-Mu
bukan karena ku ragu akan keberadaan-Mu
Aku rindu kepada-Mu
Yang bersembunyi di tempat yang tak terjamah
Bersemayam agung di singgasana-Mu yang megah
Aku sudah lelah
Memainkan peran yang Engkau berikan
Aku terbuai
Akan ujian yang Engkau berikan
Aku tertatih
Meniti jalan menuju-Mu
Kini Ketika ku sendiri
Meratapi hari-hari yang telah kulalui
Aku rindu ingin memeluk-Mu
Terlelap di pangkuan-Mu
Tapi apakah Engkau masih sudi,
Memelukku dalam dekapan-Mu?
Ketika peranku sebagai manusia telah gagal
Ketika aku tak lolos dari ujian-Mu
Aku merintih pasrah
Memohon ampunan-Mu
Memohon ridho-Mu
Dalam janji-Mu
Akhirnya aku pun ekstase dalam kata,
Hening ku puja
merajut kata
menjuntai indah
menuai luka
Ku genggam jari
Jadi asa
Tanpa rasa
Aku berdiri
Sepi sendiri
Sujudku tengah malam
Hidupku dalam kelam
Matiku dalam diam
Merasa
Tanpa sebab
Menuai
Luka
Diri
janji
pasti
sepi
mati
lari
dari
ini
Mulai
Kembali
Datang
Dalam
Bimbang
Kelak engkau datang
Membawa Kenang
Yang terbuang
Aku Ingin
Ingin ku
Ada kamu
Mukamu
Terbang
Tinggi
Di dasar
Kolam
Teriak
Dalam
Serak
Menangis
Dalam
Iris
Senang
Dalam
Ruang
Hati
Ini
Satu
Rindu
Kamu
Selalu
Sejak
Kapan
Aku
Mulai
Ini
Aku
Bimbang
Kamu
Datang
Dalam
Terang
Masih
Saja
Rasa
Diam
Dalam
Ngiang
Suram
Menari
Luka
Menyanyi
Duka
Menabur
Baka
Sepi
Hening
Sendiri
Disini
Seorang diri
Hingga kata merasa jengah dan menamparku dengan satirnya,
Aku adalah perantara
Penyambung lisan yang tak terucap dengan nada yang santun
Aku benci kepadamu
Merayuku
Tapi kamu mendua
Aku adalah keindahan
Yang ingin dibuai dengan mesra
Aku Jijik di dekatmu
Mencumbu ku
Dengan kasar
Aku adalah makna
Yang ingin menjelaskan dengan jujur
Aku muak melihatmu
Yang terus membohongi diri
Aku hanyalah susunan huruf
Bukan objek pelampiasan nafsumu
Jangan kau dekati aku lagi
Sampai kau dapat mengekang nafsumu
Aku diam dan tak dapat berkata-kata lagi.
Tulisan ini ditulis sekitaran september 2013, pas galau2nya setelah diputusin karena ortu si cewek mau anaknya punya pasangan dari kalangan yang sederajat (kyai -red).
Banyak yang mengomentari kalo tulisan ini berantakan, kacau, ga jelas bentuknya, dll. Ada jg yg berkomentar kalo tulisan ini adalah manifestasi dari hati sang penulis yang lagi kacau.
Yang jelas, saat itu keinginan untuk menulis begitu menggebu-gebu, tapi ketika sudah berhadapan dengan kertas dan pena tangan rasanya membeku, semua kata yang berseliweran di kepala jadi sulit untuk dituliskan, hal itu dikarenakan ingin membuat tulisan yang bagus yang bisa menyaingi Amir Hamzah atau Hamzah Fansuri. Da Aku mah apa atuh...? bagaimana bisa menyaingi karya-karya mereka, akhirnya di tengah keputusasaan gw memantapkan untuk menulis apa pun yang sekiranya muncul di kepala. Dan tulisan di atas terasa kacau karena memang tulisan2 di atas ditulis secara spontan uhuyy....
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon