Bad Mood, jadi males ngapa-ngapain, di tambah lagi mikirin reaksi bos besok karena tadi bolos kerja ah ga kebayang dah pokoknya. Nyoba rehat di rumah ternyata ga ngebuat semuanya jadi lebih baik, yang ada malah tambah depresi, pikiran-pikiran buruk makin berseliweran di kepala, untung aja dirumah ga ada tali :D.
-What's wrong? -Nothing happen. -Ah bullshit. lagi-lagi aku bicara sendiri :). Ah sudahlah lupakan urusan yang ga penting itu, intinya sekarang aku cuma mau nulis tapi masih bingun mau bikin cerpen atau cuma sekedar coretan tangan. pokoknya cekidot aja.
Terhitung sudah tiga kali pelayan menanyakan pesanan Ari. Ari bersusah payah meminta agar pelayan tersebut dapat menunggu, mendengar jawaban Ari pelayan itu meninggalkan Ari dengan raut wajah yang sedikit kesal. Ari terlihat cemas, berkali-kali di lihatnya arloji di tangannya. Sudah satu jam lewat tapi yang ditunggu belum juga datang. Sudah berkali-kali juga ia mencoba menelpon orang yang di tunggunya tapi nadanya masih tetap sama, telepon yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan. Dalam benaknya dia berpikir mungkin HPnya sedang lowbat dan jam segini memang sedang jam-jamnya macet.
Dua jam berlalu, tidak ada tanda-tanda orang yang ditunggunya akan datang. Sebenarnya Ari masih ingin menunggu tapi karena dia melihat para pelayan menatap ke arahnya sambil bergunjing dia jadi merasa tidak enak, dia pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kasir. "Mba, pesanan saya jadi berapa?"
"Satu gelas kopi, jadi tiga puluh tiga ribu pak?" jawab si kasir.
"Mba, ini seratu lima puluh ribu, dan tidak usah dikembalikan. Anggap saja sebagai biaya reservasi tempat, dan saya juga minta maaf karena orang yang saya tunggu sepertinya tidak jadi datang."
"Oh, iya pak tidak apa-apa. saya juga maklum ko. sebaiknya bapak ambil kembali uang lebihnya pak."
"Sudah ambil saja mbak dan sekali lagi saya minta maaf ya." kemudian Ari pergi meninggalkan restoran.
Ari tidak langsung pulang, dipacu motornya ke arah taman kota. Sesampainya disana dia mencari tempat duduk yang suasananya agak sepi. Di rebahkan punggunya ke bangku kayu yang ada di pojokan taman. Dia merogoh saku celananya, dikeluarkanya kotak segi empat yang sedari tadi dia bawa kemudian membukanya, ternyata isinya adalah sebuah cincin. Di keluarkannya cincin itu dari kotaknya lalu di amatinya.
"De, kenapa kamu tidak datang? padahal Mas sudah menyiapkan kejutan untuk mu. Niatnya malam ini Mas ingin melamar mu. Tapi sebenarnya kamu ada dimana sekarang? dan kenapa kamu bisa lupa janji kita. Mungkin kamu sekarang memang sedang berhalangan, Mas akan mencobanya lagi lain waktu." Ari berbicara sendiri.
Ari tetap duduk disitu beberapa lama sampai akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang dia mampir ke sebuah mini market. Saat dia sedang memarkirkan motornya, dia melihat seorang wanita sedang berbelanja dengan seorang lelaki, mereka terlihat sangat akrab dan keduanya kadang cekikikan saat memilih barang, entap apa yang diperbinjangkan.
Bukannya itu Mira, batin Ari. Siapa cowok yang menemaninya itu? muncul berjuta tanya dalam benak Ari.
Ari tidak buru-buru masuk, dia menunggu di luar sampai kedua orang itu keluar dari mini market. Ari bergegas menuju ke pojok mini market mengambil tempat yang sedikit gelap agar tidak terlihat oleh mereka. Sang wanita sempat menoleh ke arah Ari yang sedang membuang muka. Itu seperti Mas Ari, dalam benak wanita tersebut, tapi tidak terlalu dipikirkannya. kemudian mereka berdua Naik ke dalam mobil dan pergi.
Seketika itu hati Ari merasa hancur melihat Mira kekasihnya jalan dengan cowok lain. Dia tidak jadi masuk ke mini market, kemudian memacu motornya sekencang kencangnya. Dalam batinnya dia berbicara, biar saja aku celaka hari ini dari pada menanggung rasa sakit yang sangat di hati ini.
Waktu berlalu, Ari merasa kaget ketika dia menyadari bahwa dirinya berada di ruang rumah sakit. Di ingat-ingatnya kembali apa yang menyebabkannya dirinya bisa berada di sini, semakin di ingat dia merasa kepalanya semakin sakit, dirabanya kepalanya dan dirasakannya ada perban yang melilit kepalanya, ah sepertinya habis terbentur. Dia mencoba mengangkat tangan yang sebelahnya tapi terasa berat, diliriknya ternyata ada seorang wanita yang sedang tertidur di atas tangannya.
Selama ini Mira selalu menunggui Ari di ruang rumah sakit, tidak terbayangkan betapa lelahnya setiap hari harus mondar-mandir antara kantor, rumah dan rumah sakit. Karena lelah dia jadi tertidur seperti ini.
Di perhatikannya oleh Ari wajah Mira yang sedang tertidur. Ah cantik sekali wajah kekasih ku saat sedang tertidur. Tanpa sadar air mata mulai merembes dari kedua matanya, Ari tidak kuat menahan rasa ketika dia mulai mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
Mendengar ada yang menangis Mira jadi terbangun. Betapa kaget bercampur gembiranya dia ketika melihat Ari terbangun dari komanya. Sudah empat bulan ini dia menunggui Ari tanpa kepastian apakah Ari akan sadar kembali atau tidak. Dia ingin sekali memeluk Ari seerat-eratnya karena saking bahagianya tapi urung di lakukan melihat kondisi Ari saat ini.
"Mas, Mas sudah sadar rupanya. Ade sangat senang sekali mas sudah sadar kembali, tapi kenapa mas malah nangis, apakah mas merasa sakit. biar nanti ade panggilkan suster untuk mengecek kondisi mas."
Ari tidak menjawab ucapan Mira tapi dan tetap menangis. Melihat hal itu hati Mira menjadi sedih dan ikut-ikutan menangis. sambil terisak dia berkata, "Mas, sudah lah jangan menangis terus, yang sudah terjadi biarlah berlalu, yang penting sekarang mas harus kuat agar cepat pulih."
"De, bukan rasa sakit di tubuh ini yang membuat mas menangis, tapi rasa sakit di hati ini yang membuat mas tidak dapat menahan air mata ini."
"Ada apa mas? apa yang sebenarnya mas rasakan?"
"Kamu ingat ketika mas chat kamu untuk janjian di restoran. Sebenarnya pada saat itu mas ingin melamar kamu, tapi tidak jadi karena kamu tidak datang. Dan ketika mas pulang dari restoran mas melihat kamu sedang berdua dengan lelaki di mini market. Kamu terlihat sangat mesra sekali dengan lelaki itu..." tidak kuat menahan perasaannya omongan Ari terpotong oleh tangisnya.
"Jadi itu penyebabnya mas. Tapi biar ade coba jelasin dulu yang sebenarnya."
"Sudah lah de, tidak ada yang perlu di jelaskan, kalau memang ade benar-benar menyukai mas ade tidak akan melupakan janji kita dan malah memilih jalan dengan laki-laki itu. dan mungkin ade memang lebih baik bersamanya."
Mira merasa maklum dengan apa yang di ucapkan Ari, dia juga dapat merasakan betapa kecewanya Ari melihat dia malah jalan dengan lelaki lain di hari saat Ari mencoba melamarnya. Tapi dia ingin meluruskan semuanya.
"Mas, sepertinya mas sudah salah paham, ada baiknya mas mendengarkan penjelasan ade. Sebenarnya yang membalas chat waktu itu adalah Nia, mas tahu sendirikan betapa jahilnya dia. Hari itu ade benar-benar tidak tahu kalau mas chat untuk mengajak janjian dan pada hari itu ade sedang benar-benar sibuk karena harus rapat dengan bos menyiapkan berkas-berkas untuk meeting malamnya. pulangnya Ade di antar Joko teman kerja dan memang sempat mampir di mini market. waktu keluar dari mini market ade sempat menoleh karena melihat orang yang mirip mas dan kalau boleh jujur di perjalanan Joko memang sempat bertanya apakah ade mau jadi kekasihnya, tapi entah kenapa saat itu juga yang ada di pikiran ade hanya mas seorang. Ade menolak permintaan Joko karena hanya mas satu-satunya orang yang ade cintai. Ade minta maaf sudah mebuat membuat mas jadi seperti ini, jika saja HP ade tidak lowbat dan mengecek chat dari mas sebelumnya mungkin mas akan baik-baik saja. sekali lagi maaf kan ade mas."
Di akhir cerita keduanya masih tetap menangis, tapi kali ini terlihat jelas senyum di wajah keduanya.
---
Njirr endingnya ngeselin ya gitu doang. Males soalnya mau nerusin masih bad mood :D.
Seketika itu hati Ari merasa hancur melihat Mira kekasihnya jalan dengan cowok lain. Dia tidak jadi masuk ke mini market, kemudian memacu motornya sekencang kencangnya. Dalam batinnya dia berbicara, biar saja aku celaka hari ini dari pada menanggung rasa sakit yang sangat di hati ini.
Waktu berlalu, Ari merasa kaget ketika dia menyadari bahwa dirinya berada di ruang rumah sakit. Di ingat-ingatnya kembali apa yang menyebabkannya dirinya bisa berada di sini, semakin di ingat dia merasa kepalanya semakin sakit, dirabanya kepalanya dan dirasakannya ada perban yang melilit kepalanya, ah sepertinya habis terbentur. Dia mencoba mengangkat tangan yang sebelahnya tapi terasa berat, diliriknya ternyata ada seorang wanita yang sedang tertidur di atas tangannya.
Selama ini Mira selalu menunggui Ari di ruang rumah sakit, tidak terbayangkan betapa lelahnya setiap hari harus mondar-mandir antara kantor, rumah dan rumah sakit. Karena lelah dia jadi tertidur seperti ini.
Di perhatikannya oleh Ari wajah Mira yang sedang tertidur. Ah cantik sekali wajah kekasih ku saat sedang tertidur. Tanpa sadar air mata mulai merembes dari kedua matanya, Ari tidak kuat menahan rasa ketika dia mulai mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
Mendengar ada yang menangis Mira jadi terbangun. Betapa kaget bercampur gembiranya dia ketika melihat Ari terbangun dari komanya. Sudah empat bulan ini dia menunggui Ari tanpa kepastian apakah Ari akan sadar kembali atau tidak. Dia ingin sekali memeluk Ari seerat-eratnya karena saking bahagianya tapi urung di lakukan melihat kondisi Ari saat ini.
"Mas, Mas sudah sadar rupanya. Ade sangat senang sekali mas sudah sadar kembali, tapi kenapa mas malah nangis, apakah mas merasa sakit. biar nanti ade panggilkan suster untuk mengecek kondisi mas."
Ari tidak menjawab ucapan Mira tapi dan tetap menangis. Melihat hal itu hati Mira menjadi sedih dan ikut-ikutan menangis. sambil terisak dia berkata, "Mas, sudah lah jangan menangis terus, yang sudah terjadi biarlah berlalu, yang penting sekarang mas harus kuat agar cepat pulih."
"De, bukan rasa sakit di tubuh ini yang membuat mas menangis, tapi rasa sakit di hati ini yang membuat mas tidak dapat menahan air mata ini."
"Ada apa mas? apa yang sebenarnya mas rasakan?"
"Kamu ingat ketika mas chat kamu untuk janjian di restoran. Sebenarnya pada saat itu mas ingin melamar kamu, tapi tidak jadi karena kamu tidak datang. Dan ketika mas pulang dari restoran mas melihat kamu sedang berdua dengan lelaki di mini market. Kamu terlihat sangat mesra sekali dengan lelaki itu..." tidak kuat menahan perasaannya omongan Ari terpotong oleh tangisnya.
"Jadi itu penyebabnya mas. Tapi biar ade coba jelasin dulu yang sebenarnya."
"Sudah lah de, tidak ada yang perlu di jelaskan, kalau memang ade benar-benar menyukai mas ade tidak akan melupakan janji kita dan malah memilih jalan dengan laki-laki itu. dan mungkin ade memang lebih baik bersamanya."
Mira merasa maklum dengan apa yang di ucapkan Ari, dia juga dapat merasakan betapa kecewanya Ari melihat dia malah jalan dengan lelaki lain di hari saat Ari mencoba melamarnya. Tapi dia ingin meluruskan semuanya.
"Mas, sepertinya mas sudah salah paham, ada baiknya mas mendengarkan penjelasan ade. Sebenarnya yang membalas chat waktu itu adalah Nia, mas tahu sendirikan betapa jahilnya dia. Hari itu ade benar-benar tidak tahu kalau mas chat untuk mengajak janjian dan pada hari itu ade sedang benar-benar sibuk karena harus rapat dengan bos menyiapkan berkas-berkas untuk meeting malamnya. pulangnya Ade di antar Joko teman kerja dan memang sempat mampir di mini market. waktu keluar dari mini market ade sempat menoleh karena melihat orang yang mirip mas dan kalau boleh jujur di perjalanan Joko memang sempat bertanya apakah ade mau jadi kekasihnya, tapi entah kenapa saat itu juga yang ada di pikiran ade hanya mas seorang. Ade menolak permintaan Joko karena hanya mas satu-satunya orang yang ade cintai. Ade minta maaf sudah mebuat membuat mas jadi seperti ini, jika saja HP ade tidak lowbat dan mengecek chat dari mas sebelumnya mungkin mas akan baik-baik saja. sekali lagi maaf kan ade mas."
Di akhir cerita keduanya masih tetap menangis, tapi kali ini terlihat jelas senyum di wajah keduanya.
---
Njirr endingnya ngeselin ya gitu doang. Males soalnya mau nerusin masih bad mood :D.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon