Edisi Catatan Facebook (18 Agustus 2009)
Aku adalah tetes demi tetes air, menerpa hatimu yang keras bagai batu. Tak akan aku berhenti menetes sampai hatimu hancur luluh. Hari-dami hari ku lewati, bulan demi bulan ku lalui, hingga akhirnya sudah tiga abab aku mencoba, namun tiada hasil. Tak ada sedikitpun bagian dari hatimu yang terkikis. Kulihat sekelilingku, mataku terpaut pada sebuah batu yang amat besar,ternyata batu itu hancur setelah sekian lama tertutup lumut. Aku putus asa dan mencoba menjadi lumut dengan harapan dapat meluluhkan hatimu. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat tetapi hatimu tidak luluh juga. Aku baru tersadar bahwa hatimu seperti logam, aku berpikir sejenak, “Ah, ternyata yang dapat mengalahkan logam adalah karat”. Aku pun mulai menjadi karat, tetapi hatimu tetap tak terkikis. Lama aku termenung mencari sebuah jawaban atas semua ini, sehingga aku menemui jawabannya, bahwa hatimu seperti logam mulia yang tak dapat dikikis oleh karat. Aku pun mencoba menjadi api dengan harapan dapat melelehkan hatimu. Aku mulai membakar hatimu dengan api cintaku, tetapi hatiku seperti arang yang terbakar habis sebelum mampu meluluhkan hatimu.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon