SENDIRI LAGI (Bag. 2)


Sabtu pagi, jam baru menunjukkan pukul setengah tujuh. Bruumm, dreded… ded… ded… suara motor yang sedang dipanaskan. Biasanya jam segini Firman masih tidur dan baru bangun pukul setengah sembilan, tapi hari ini berbeda dia akan menjemput pacarnya. Setelah mengunci pintu Firman segera berangkat.

Diperjalanan Mila melihat Firman, dia berteriak untuk memanggil tapi percuma. Entah karena tertutup helm atau hal lain sampai Firman tidak mendengar panggilan yang cukup keras. Beberapa orang melirik ke arah Mila, merasa malu diperhatikan Mila mempercepat langkahnya. “Tumben pagi-pagi udah bangun, lagian mau kemana buru-buru sampe ga ngedenger teriakan gw.” Kata Mila dalam hati.

Seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya Nia dan Firman sampai di rental pukul setengah delapan. Setelah beres-beres mereka mulai mengerjakan laporan KKP. Nia mengeluarkan catatannya selama berkegiatan, semua pengalaman yang didapatnya ditulis dengan detail dan rapi. Walau demikian Nia masih kesulitan untuk menyusun dalam bentuk laporan.

“Wah mi, kalo gini sih jadi gampang nyusunnya. Paling tinggal nyari beberapa referensi aja di google buat tambahan.” Tanpa banyak bicara lagi Firman langsung mengetik dan mulai tenggelam di dalamnya. Jemarinya sangat lancar memencet tuts keyboard sedangkan matanya  fokus ke buku catatan.

Nia sangat kagum melihat keseriusan Firman. Ditumpangkan dagunya di lengan kanannya dan dipandanginya Firman lekat-lekat. Nia mulai bicara di dalam hatinya, “Firman, tidak terasa sudah delapan bulan kita berpacaran, jika saja kita tidak bertemu lagi mungkin nyala api di dada ini sudah benar-benar padam dan semua kenangan dulu tidak akan pernah muncul lagi.”

Sedikit flashback ke belakang, Nia pertama kali bertemu Firman saat masih SMA, waktu itu dia masih anak baru sedangkan Firman sudah kelas tiga. Awal pertemuan mereka dikarenakan sebuah insiden tuan putri (mungkin lain waktu akan diceritakan), sejak saat itu hatinya selalu berdegup kencang ketika bertemu Firman. Kenangan terakhirnya adalah ketika dia memberanikan diri memberikan coklat kepada Firman dan entah apa yang salah saat itu pula  Firman mulai menjauhi dirinya. Kala itu Nia merasakan sakit yang teramat sangat dihatinya.

Masa lalu hanyalah tinggal kenangan, dan yang masih mengganjal di hati Nia adalah alasan Firman menjauhinya waktu itu. Butiran peluh membasahi kening Firman, walau ada kipas angin tapi musim kemarau ini terasa sangat panas. Nia mengeluarkan sapu tangan dari tasnya, kemudian berjalan ke arah Firman, di usapnya keringat yang ada di dahi Firman, “Ndut, udah dulu ngetiknya. Kamu kelihatan cape.”

“Sebentar Mi tanggung, nyelesain bab II dulu.” Kata Firman sambil tetap mengetik.

“Duh Ndut, aku jadi makin cinta sama kamu” kata Nia dalam hati.

Setengah jam kemudian Firman sudah selesai mengetik Bab II, “Mi udah selesai nih, coba di periksa dulu! Ada yang kurang ga?” Nia menggantikan posisi Firman di depan komputer, bersamaan dengan itu terdengar bunyi pagar depan dibuka oleh seseorang. Firman menarik kursi mendekat ke arah Nia. Sambil duduk firman mencium tangan nia, “Mi aku sayang banget sama kamu.”, “Iya Ndut aku juga sama.” Sambung Nia sambil terus membaca. Posisi mereka tetap seperti itu untuk beberapa lama.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang memperhatikan mereka sejak tadi. Seorang wanita terlihat menyilangkan tangan di atas perut sambil menyender di pintu. Matanya memperhatikan mereka dari belakang. Mila, ya wanita itu adalah Mila. Tampangnya sangat kesal, sebenarnya dia ingin terus melihat mereka berdua adegan per adegan, tapi hatinya sudah terlanjur sakit dan muak dengan apa yang dilihatnya. “Man, Gw mau nyetak foto dong.” Katanya tiba-tiba.

Firman menengok ke belakang dan kaget bukan kepalang, hampir saja dia jatuh dari duduknya jika saja tidak sedang berpegangan tangan dengan Nia. Akibat reaksi Firman tangan dia sedikit tersentak, “Kenapa Ndut?”, “G-g, ga papa ko Ni, eh Mi.” Firman tergagap, bingun bagaimana harus memposisikan diri. Nia menoleh ke belakang. “Ndut tuh ada yang mau cetak foto.”

“Man, bluetooth-nya aktifin dong, gw mau kirim nih foto-fotonya.” Kata Mila.

Firman tidak langsung merespon, pikirannya masih mengawang kemana-mana. “Eh si Ndut malah diem. Mba mau pakai komputernya?” kata Nia kepada Mila. “Gapapa ko, saya pakai komputer yang itu saja.” Jawab Mila. Kemudian Mila menepuk bahu Firman sambil berkata, “Man, mana bluetooth-nya?” Firman buru-buru berdiri dan mengambil bluetooth yang tersimpan di laci dekat komputer yang Nia pakai. “Ini bluetooth-nya” kata Firman. “Lu aja deh yang pasang! Gw ga ngerti.” Kata Mila.

Selanjutnya kejadian terjadi biasa saja, entah apa yang dirasakan Mila tapi dia terlihat berjiwa besar. Setelah mencetak foto Mila pamit untuk pulang. “Ndut tadi itu siapa? kayanya Mimi kenal deh.” Dari tadi Nia mencoba mengingat-ingat tapi benar-benar lupa dimana pernah bertemu. “Itu tadi namanya Mila, dia juga sekolah di sekolah yang sama kaya kita, waktu Ndut kelas 3 dia masih kelas 2 SMP.” Kata Firman mencoba menjelaskan. “Oh pantesan, kayanya Mimi pernah liat.” Setelahnya sampai sore tidak ada lagi pelanggan yang datang, Firman jadi leluasa mengerjakan laporan untuk Nia.

Sudah pukul empat sore tinggal dua bab lagi yang belum selesai, akhrinya mereka memutuskan untuk melanjutkannya besok. Setelah menutup rental Firman mengantarkan Nia Pulang. Sepanjang perjalanan hati Firman merasa tidak tenang, bukan karena ke gep oleh Mila melainkan sesuatu yang lain. “Mi, kayanya perasaan Ndut ga enak deh.”, “Kenapa Ndut?” tanya Nia sambil mengeratkan pelukannya di perut Firman. “Ga tau nih, semoga ga kenapa-napa di jalan.” jawab Firman. “Ih, Ndut ga boleh mikir begitu, udah fokus aja kejalan.” Nia mencoba menenangkan.

Mereka sampai jam setengah enam sore. Firman merangkul pinggang Nia ketika Nia mencoba membuka pintu pagar rumahnya. “Hey, lepasin tuh tangan?” teriak seorang pria setengah baya yang baru saja keluar dari dalam rumah. Mendengar teriakan itu Nia langsung menepis tangan Firman, sambil berbisik dia berkata “Dut lepasin ada ayah.” Mendengar hal tersebut Firman langsung melepaskan rangkulannya.

“Nia cepat masuk!” kata pria itu sambil menarik paksa lengan Nia, Nia langsung berlari ke dalam rumah. “Siapa kamu?”, “Saya Firman om.” Kata Firman gugup. “Dasar kurang ajar. Berani-beraninya kamu rangkul anak saya. Cepat sana pulang!” Teriak pria tersebut.

Firman tertunduk lesu, dia berjalan ke arah motor dan mulai menstaternya, dred… ded… ded… suara motor. Firman pergi tanpa menoleh sedikit pun, mungkin ini firasat tidak enak yang dia rasakan sebelumnya.

Ayah Nia menggedor-gedor pintu kamar Nia, terlihat dia tidak bisa menahan amarahnya “Nia Cepat buka! Kamu harus menjelaskan semuanya sama ayah!”. Nia tidak menjawab dan membuat ayahnya semakin keras menggedor pintu kamar.

Dari belakang ibu Nia mencoba menangkan, “Yah sudah, sudah biarkan Nia istirahat dulu.” Ditariknya suamianya itu untuk meninggal Nia dan menceritakan semuanya yang dia tahu antara Firman dan Nia kepada suaminya.

Pukul setengah delapan Firman sampai di rental terlihat pintu rental terbuka dan ada beberapa pengunjung yang datang, di dalam dia melihat Yanto rekan kerjanya sedang mengetik. “Eh elu Man, dari mana aja lu tadi si Mila dateng nyariin. Katanya lu suruh ngehubungin dia.” Kata Yanto ketika melihat Firman datang. Mendengar perkataan Yanto Firman jadi depresi.

Firman mulai membatin, “Mila pasti marah banget gara-gara tadi, hari ini gw bener-bener sial. Tapi kenapa ya ko si Mila nyuruh gw ngehubingin dia, padahal kan kalo orang marah pasti ga bakal mau ngomong, yah minimal seminggu gw bakal dikacangin.”

Di keluarkannya ponsel dari kantong jaket ada belasan panggilian masuk dan semuanya dari Mila “Sial bagaimana ini  ternyata dari tadi Mila nyoba ngehubungin gw.” Firman tidak bisa berpikir jernih tapi dia harus segera menghubungi Mila. Dia mulai mengetikkan sms, berkali-kali dia menulis dan menghapus sepertinya dia tidak menemukan kata-kata untuk meminta maaf. Hati wanita memang sulit ditebak, Firman tidak dapat menerka apa yang Mila maksud, membuatnya merasa enggan untuk mengirimkan sms.  

Dreeet… Dreeett… hp Firman bergetar, ada panggilan masuk dengan nomor tak dikenal. Tanpa curiga dia menjawab panggilan tersebut. “Halo.”

“Halo, yank lagi dimana?” Surprise, Firman benar-benar terkejut, ternyata yang menghubunginya adalah Mila. Hari ini sudah beberapa kali adrenalinnya terpacu munkin dia sudah terkena serangan jantung jika saja memiliki lemah jantung. “Yank bisa kerumah kan sekarang? Jangan bilang ga bisa! Nemuin cewek tadi aja bisa masa nemuin gw ga bisa.” Firman merinding bulu kuduknya berdiri semua, bukan karena ada setan lewat melainkan perkataan Mila yang membuatnya seperti itu. “Gw tunggu pokoknya!” lanjut Mila.”, “I iya gw berangkat sekarang.” Jawab Firman dengan berat hati.

Setengah jam kemudian Firman sampa di rumah Mila, dilihatnya bapak dan kakak laki-laki Mila duduk di teras. “Assalamu’alaikum. Pak Milanya ada?”

Kedua orang itu tidak langsung menjawab, sorot mata keduanya tajam mengawasi Firman. “Walaikum salam” jawab keduanya hampir berbarengan. “Mil, ada si Firman Nih?” panggil bapaknya Mila. “Iya pak, suruh tunggu sebentar.” Jawab Mila dari dalam.

Firman ikut duduk dengan mereka dan hanya diam saja, ada perasaan kaku diantara mereka bertiga. Tiba-tiba kakaknya Mila menyeletuk “Pak, saya ga habis pikir kenapa ya ada orang yang suka berselingkuh.”, “Siapa Di yang selingkuh?”, “Enggak pak, Adi Cuma denger aja dari orang.” Mendengar percakapan mereka Firman semakin tidak berkutik. “Man, kamu ga begitu kan?” tanya Bapak Mila. “Eng enggak pak.” Jawab Firman gugup. “Awas saja kalau kamu berani-berani nyoba nyakitin perasaan anak saya!” lanjut Bapak Mila. “Iya pak.” Jawab Firman sambil menunduk. “Iya Man awas lu kalo berani nyakitin ade gw.” Sambung Adi.

Firman sudah kehabisan kata-kata untuk menjawab mereka, untung saja saat itu Mila segera keluar. Setengah berlari dia menarik tangan Firman “Pak Mila kedepan dulu ya?”, “Iya, tapi jangan jauh-jauh.” Jawab bapaknya.

Firman ingat sesuatu “Eh bentar Mil, gw lupa tadi beli martabak.” Firman bergegas menuju motor dan menyerahkan Martabak ke bapaknya Mila, setelahnya mereka berjalan ke tempat biasa ngobrol. Tempatnya sedikit tidak biasa, dekat tikungan jalan masuk kerumah Mila ada bangku di bawah pohon jambu batu yang lumayan lebat, suasananya cukup temaram karena pencahayaan hanya berasal lampu tiang listrik yang berjarak sekitar lima meter, yang istimewa dibelakang tempat itu adalah pemakaman umum dan jarang sekali orang yang lewat jika sudah malam seperti ini.

Firman duduk agak menjauh dari Mila mereka hanya terdiam, ada perasaan canggung diantara keduanya. Jelas di hati keduanya ada perasaan bergemuruh yang makin lama makin sulit untuk ditahan. “Yank…” Blaarrr, suara keduanya bersamaan memecah keheningan. Sebagai lelaki Firman mengambil inisiatif untuk berbicara duluan, toh dia yang bersalah “Mil gw minta maaf, selama ini gw bohong kalo cuma lu satu-satunya yang ada dihati gw. Cewek yang lu liat tadi di rental namanya Nia, udah delapan bulan gw pacaran sama dia. Waktu itu ketika gw jadian sama lu dia lagi Kuliah Kerja Praktek, dua minggu gw ga ketemu dan jarang nelpon karena takut ngenganggu dia, waktu itu juga hati gw ngerasa kosong serasa ada bagian yang hilang sampai akhirnya tiba-tiba kita ketemu lagi. Entah kenapa perasaan nostalgia muncul gitu aja. Sekedar lu tau semua yang gw ucapin waktu itu ga bohong dan rasa cinta antara lu dan dia sama besarnya, munafik kalo sekarang gw bilang lebih milih lu daripada dia. Cewek sebaik lu ga cocok sama bajingan kaya gw jadi gw rasa lebih baik kita p…” sebelum Firman menyelesaikan bicaranya Mila bangkit dan langsung mencium Firman.

Mata Mila berkaca-kaca, “Udah lama gw tau itu semua.”, “Tapi Mil…”, “Bodoh, seharusnya lu udah tau sebesar apa perasaan ini. Sebelumnya gw pernah bilang kalo ciuman pertama gw cuma buat orang yang akan menjadi suami gw kelak. Kalo ga bener-bener cinta gw ga bakal ngelanggar perkataan gw sendiri.”

Mendengar perkataan Mila hati Firman menjadi luluh, tanpa terasa air mata mengalir dipipinya, rasa bahagia dan bersalah campur aduk di dadanya. Bermaksud tidak ingin melewatkan kesempatan itu mereka berdua kembali berciuman, kali ini lebih mesra.


Bersambung…
Previous
Tsa

ConversionConversion EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng