"Menulis adalah hobi yang sangat aku benci, tetapi apabila jemari ini mulai mengetuk tuts-tuts keyboard yang berdebu ini, berarti sesuatu yang sangat menggangu di kepala ini, sudah sangat ingin ditumpahkan dalam bentuk kata-kata."
“Tuhan tidak mati, tapi sedang tertidur!”. Sekeras apa pun aku, kamu, mereka dan kalian menolak kalimat tersebut, tetap saja begitulah kenyataannya. Tuhan tetap tertidur lelap, dibuai semilir angin yang bertiup dari celah-celah bilik hati yang bolong disana sini. Nietzsche sekitar satu abad yang lalu sudah berteriak, tetapi teriakannya yang lantang segera diredam dengan satu sanggahan “gila” oleh orang-orang yang katanya bertuhan. Tuhan? Siapa dan apa. Jika ditanya tentang tuhan, aku, kamu, mereka dan kalian pasti akan dengan sangat lancar mendifinisakannya. Ya, tuhan hanya ada dalam definisi, tak berwujud, dan hanya sebagai simbol untuk menakut-nakuti.
“Tuhan sedang tertidur!”. Hmm, pantas saja dunia jadi tidak terurus dan kacau balau. Makin banyak manusia yang berbuat kerusakan, baik itu lingkungan mau pun dirinya sendiri. Karena jauh di dalam lubuk hati manusia-manusia tersebut percaya bahwa tuhan sedang tertidur. Apakah aku, kamu, mereka dan kalian termasuk orang-orang tersebut? Mungkin.
Sejenak lalu aku berbincang dengan seorang yang katanya bijak, setiap kalimat yang terdengar dari mulutnya terasa sangat mendayu-dayu, berbicara tentang surga dan neraka sambil menakut-nakuti, seolah-olah surga telah menantinya. Padalah aku tahu, orang itu pasti akan menjadi serigala jika kelaparan. Kenapa? Manusiawi katanya, begitulah kesimpulan yang dapat ku tarik dari setiap ucapannya.
Sejam lalu mulutku ternganga, terkesima akan apa yang kulihat. Ternyata mawar itu bukan hanya menyembunyikan duri-durinya, tetapi juga menyembunyikan rupanya. Bagaimana mungkin sekuntum mawar yang selama ini ku lihat, ternyata tidak lebih dari seonggok bunga bangkai yang pandai menyembunyikan baunya.
Dan sebelumnya, dengan mata kepalaku sendiri aku menyaksikan seekor kucing yang tiba-tiba menjadi ular berbisa, aku sudah waspada dan terus mengamati mata kucing tersebut yang menyimpan keculasan. Hingga datang juga saat lengahku, ketika aku sedang memberi makan kucing tersebut, dengan cepat kucing itu berubah menjadi ular dan mematuk tanganku. Sakit.
Dan setelahnya, kamu, mereka dan kalian akan mencibir tulisan goblok ku ini. Seolah-olah kamu, mereka dan kalian ada dalam posisi yang benar dan aku yang salah.
Semuanya itu hanya perumpamaan, tetapi begitulah adanya. Banyak sekali orang-orang yang bertopeng. Entah kebusukan apa yang ingin disembunyikan. Menggunakan topeng-topeng tampan dan cantik hanya untuk menutupi keburukan wajah aslinya. Lalu apa hubungannya manusia-manusia bertopeng tersebut dengan tuhan yang sedang tertidur? Jika aku, kamu, mereka dan kalian bisa lebih jujur mencermati teriakan Nietzsche tersebut, mungkin aku, kamu, mereka dan kalian akan dapat menemukan jawabannya.
Jika dengan sombongnya aku berkata? “Tuhan itu tidak ada.” Dengan lantang kamu, mereka dan kalian akan menjawab; dasar gila; atheis; kafir; dan kata-kata tidak senonoh lainnya. Apakah pantas kata-kata tersebut keluar dari mulut-mulut orang yang katanya beragama? Cuma kamu, mereka dan kalian yang bisa menjawab.
Jujur, jika demikian adanya, aku akan sangat takut sekali terhadap kamu, mereka dan kalian. Bukan karena tulisan goblok ini yang dengan terang-terangan menyinggung tuhan kamu, mereka dan kalian, tetapi takut terhadap orang-orang yang berpikir dapat menipu tuhan. Menipu? Ya, menipu. Orang-orang tersebut pikir mereka dapat menipu tuhan dengan topeng-topeng yang mereka pakai. Padahal sudah sangat jelas tuhan itu maha tahu. Lalu apakah kamu, mereka dan kalian termasuk golongan orang-orang yang bertopeng?
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon